Rahasia di Balik Dukungan AS kepada Israel
Mungkin
bagi banyak orang merupakan sebuah pertanyaan yang mengusik, yaitu mengapa
Amerika Serikat (AS) selalu mendukung Rezim Zionis Israel dalam semua tindakan
dan melindunginya dari kecaman lembaga-lembaga internasional? Akibat
perlindungan dan dukungan ini, Israel tidak pernah enggan untuk melakukan
kejahatan apapun juga khususnya terhadap rakyat Palestina. Lebih dari itu,
Israel menjelma menjadi rezim yang tidak pernah mengindahkan satupun aturan
internasional.
Dalam
30 tahun terakhir, terlebih setelah Inggris kehilangan kebesarannya di pentas
internasional, AS tampil sebagai pelindung dan pengayom kaum Zionis dan rezim
Israel. Dukungan itu ditunjukkan dengan mengalirkan bantuan yang semakin hari
jumlahnya semakin membesar. Setiap tahunnya, AS menyisihkan milyaran dolar
untuk membantu Israel dengan keuangan, persenjataan dan lainnya.
Di
tengah masyarakat AS sendiri bantuan mutlak Washington kepada Tel Aviv digugat.
Sebagian mempertanyakan apakah AS tidak dapat lepas untuk mengakhiri dukungan
mutlak ini ataukah mampu tetapi tak mau? Jawaban pertanyaan ini sangat erat
kaitannya dengan kondisi dan posisi kaum Yahudi di tengah masyarakat di AS
khususnya mereka yang tergabung dalam organisasi Zionisme internasional.
Dalam
membahas masalah ini, ada satu poin yang tak harus dilewatkan begitu saja,
yaitu bahwa kebanyakan orang Yahudi Eropa yang hijrah ke AS adalah Yahudi dari
kalangan elit, terpelajar dan kaya. Dengan latar belakang yang demikian,
masyarakat Yahudi ini dengan cepat merebut posisi-posisi sosial dan politik
yang penting di AS. Posisi dan kedudukan mereka semakin hari semakin menguat
sehingga berhasil merebut kendali pemerintah dan negara sebesar AS. Artinya,
setiap langkah AS disetir oleh kalangan Yahudi yang lazim disebut lobi.
Doktor
Fereshteh Nourai, cendekiawan Iran dalam sebuah kajian berjudul, “Sejarah
Perkembangan Sosial dan Politik di AS” membenarkan hal tersebut. Dia
menambahkan, “Pada zaman itu, banyak orang Eropa yang tertarik untuk berhijrah
ke Amerika karena tanahnya yang subur. Kebanyakan mereka memiliki kekayaan yang
cukup besar. Ribuan orang dari Eropa dengan berbagai dalih memilih untuk
berpindah ke negeri baru ini. Untuk kalangan Yahudi yang merasa dibenci di
Eropa, mereka merasa bahwa benua Amerika yang baru ditemukan adalah negeri yang
paling tepat untuk berhijrah.”
Poin
penting dalam pembahasan ini adalah besarnya dorongan untuk berhijrah ke
Amerika erat kaitannya dengan kondisi kehidupan kapitalisme di Eropa, terlebih
pada abad 17. Dengan lahirnya pemerintahan di benua Amerika, khususnya di
bagian utara dan tengah benua itu, kelompok-kelompok agamis pengikut agama
Kristen Protestan dan Yahudi berduyun-duyun hijrah ke sana. Mereka berharap,
perpindahan ke negeri baru ini akan memberikan keuntungan materi yang lebih
besar kepada mereka.
Bagi
orang-orang Yahudi, terbukanya pintu untuk hijrah ke Amerika adalah berkah
tersendiri. Sebab selama berabad-abad mereka hidup di Eropa di tengah
masyarakat yang selalu menganggap kaum Yahudi sebagai orang-orang pembawa sial.
Jika terjadi kemalangan dan keburukan masyarakat Eropa selalu menuding
orang-orang Yahudi sebagai penyebabnya. Yahudi Eropa umumnya menjalankan
aktivitas ekonomi yang tidak sehat. Mereka menghalalkan segala cara untuk
memperoleh kekayaan berlimpah. Praktek renten atau riba, juga penimbunan
barang-barang kebutuhan pokok bukan hal yang haram bagi mereka. Karenanya,
wajar jika bangsa-bangsa Eropa membenci kaum Yahudi.
Hidup
di tengah masyarakat dan bangsa yang membenci mereka membuat orang-orang Yahudi
terkucilkan. Untuk itu terbukanya jalan ke Amerika, tidak mereka sia-siakan.
Penemuan benua baru dimanfaatkan oleh kalangan Yahudi yang kaya dan
berpendidikan untuk berhijrah. Dengan latar belakang kekayaan, pendidikan dan
kepandaian tersebut, orang-orang Yahudi memperoleh posisi penting dan strategis
di negeri yang baru. Lebih dari itu, mereka juga berhasil merebut kendali
pemerintahan disana.
Di
bagian lain, kelompok protestan Eropa juga melirik benua baru ini. Dengan
berhijrah ke Amerika, para penganut Protestan ini berpikir untuk membentuk
struktur sosial kemasyarakatan didasarkan pada pembagian negeri. Struktur ini
pualah yang dikemudian hari menjadi dasar pemerintahan dan tatanan politik di
Amerika.
Dibanding
imigran yang berdatangan ke Amerika dari Jerman, Irlandia, Cheko, Polandia,
Italia, Slovakia, Latvia dan lainnya, jumlah imigran Yahudi memang minoritas.
Tetapi mereka dengan cepat menduduki pos-pos penting dan strategis. Urat nadi
perekonomian di Amerika juga jatuh ke dalam genggaman mereka. Pada tahap
berikutnya, mereka lah yang lantas menyusun undang-undang dan hukum di negeri
baru ini sesuai dengan kepentingan mereka.
Ketika
sistem federasi di Amerika ditetapkan, imigran Yahudi Eropa yang umumnya
berpendidikan dan kaya, bergerak cepat untuk menguasai posisi-posisi penting di
berbagai negara bagian. Dengan demikian, mereka memiliki pengaruh kunci di
negara Amerika Serikat ini. Pengaruh ini sedemikian kuat sehingga meski jumlah
Yahudi di sana sangat kecil, tetapi mereka memegang kendali di negara ini.
Munculnya
ide Theodor Herzl tentang zionisme, kaum Yahudi di AS menunjukkan dukungan yang
luar biasa. Mereka memanfaatkan pengaruh Yahudi di AS untuk membantu Zionisme.
Yahudi AS beberapa kali menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi zionisme
dunia. Inggris sebagai negara imperialis besar di zaman itu, ikut memberikan
bantuan kepada Zionis. Dengan menipu dan terkadang menekan para pemimpin Arab,
Inggris membuka jalan bagi orang-orang Yahudi untuk hijrah ke Palestina.
Selama
menjajah Palestina, koloni Inggris sengaja memanfaatkan orang-orang Yahudi
ekstrem untuk membantu menumpas gerakan perlawanan rakyat Paletina. Lambat
laun, Yahudi Zionis di Palestina semakin kuat dan mereka juga telah memiliki
barisan tentara. Tahun 1948, sehari setelah Inggris keluar dari Palestina,
orang-orang Zionis mengumumkan berdirinya negara Yahudi di sana yang mereka
namakan Israel. Berdirinya rezim ilegal ini juga dibarengi dengan pembantaian
massal dan pengusiran rakyat Palestina dari negeri mereka.
Yang
jelas, Yahudi sebagai agama tentu tidak menghalalkan praktik-praktik yang
dijalankan Zionis. Karena itu bisa dikatakan bahwa Zionisme adalah ide yang
didukung oleh orang-orang Yahudi ekstrem yang mengemas kepentingan dunia dengan
kedok agama. Yahudi yang memiliki pengaruh kuat di AS, umumnya berasal dari
kelompok ekstrem dan Zionis yang ikut membidani kelahiran rezim Israel. Mereka
yang lazim disebut lobby Yahudi Zionis adalah kelompok yang sejak kelahiran
Amerika Serikat telah memegang kendali di negara itu.
Memperhatikan
penjelasan tadi, tak salah jika banyak orang Yahudi yang meyakini Israel bukan
negeri yang terpisah dari AS, bahkan lebih dari itu, sistem pemerintahan di
Israel tidak dapat dipisahkan dari AS. Dengan kata lain, pemerintah AS tidak
dapat melepaskan Rezim Zionis Israel dari dukungannya. Sebab, Konstitusi AS
disusun untuk kepentingan kaum Yahudi ekstrem dan Israel adalah negeri
orang-orang ekstrem tersebut.(IRIB)